Warga Minta Keramba Jaring Apung di Sekitar Danau Toba Tidak Dibinasakan

Warga Minta Keramba Jaring Apung di Sekitar Danau Toba Tidak Dibinasakan

Diposkan: 19 Jan 2019 Dibaca: 830 kali


UKMKOTAMEDAN.COM,  MASYARAKAT di Kecamatan Haranggaol, Simalungun, Sumatera Utara meminta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan untuk tidak membinasakan keramba jaring apung di sekitar Danau Toba.

Tokoh masyarakat Haranggaol yang juga pembudi daya ikan, Ebet Sihotang manyampaikan, pemilik keramba jaring apung adalah warga setempat. Sejak 1998, keramba jaring apung merupakan sumber pendapatan warga.

“Untuk kami yang di Haranggaol, keramba jaring apung ini jadi sumber pendapatan kami di sini,” ucapnya kepada kumparan, Sabtu (19/1/2019).

Menurutnya, berdasarkan informasi yang diterima dari berbagai pihak dan pemerintah daerah, Luhut sejak Novermber 2018 menegaskan bahwa keramba jaring apung harus dibinasakan karena mencemari ekosistem Danau Toba.

Ebet pun tak memungkiri bahwa budi daya ikan di Danau Toba mencemari lingkungan, tapi tak parah. Dia berharap pemerintah tak langsung membinasakan, melainkan membina karena selama ini pemerintah tak pernah memperhatikan.

“Selama ini tidak pernah ada pembinaan atau bantuan, eh pemerintah mau menghapus (keramba jaring apung). Kami minta dibina dulu. Mungkin bisa dipadukan keramba ini jadi ekowisata,” papar Ebet.

Sementara itu, pembudi daya ikan setempat lain, Robinson Hutahaean menyampaikan, sebelum melakukan budi daya ikan, masyarakat Haranggaol Horison adalah petani bawang. Namun hal itu tak dilakukan lagi setelah lahan warga terkena virus.

“Dulu kena virus lahan pertaniannya, akhirnya kami budi daya ikan. Hasilnya memang cukup untuk budi daya ikan ini,” katanya.

Saat ini, jumlah keramba jaring ikan milik masyarakat Haranggaol Horison mencapai 5.600 unit. Masing-masing unit keramba memproduksi 1,5 ton per 6 bulan senilai Rp6 juta. Pendapatan kotor masyarakat per bulan sebesar Rp5,6 miliar.

“Jumlah (pendapatan) dari keramba ikan ini bisa 3-4 kali lebih tinggi dari bertani. Tapi sekarang ini kami meminta warga tidak menambah keramba karena isu lingkungan dan harga,” papar Robinson.

Masyarakat Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 1998 hingga kini melakukan budi daya ikan menggunakan keramba jaring apung di pinggir Danau Toba.

Menurut tokoh masyarakat Haranggaol Horison yang juga pembudi daya ikan, Ebet Sihotang, pada mulanya ikan yang dibudi daya oleh masyarakat setempat adalah Ikan Mas. Namun hal itu hanya bertahan hingga sekitar tahun 2004.

“Kira-kira hanya sampai 2004, waktu itu ada koi herpes virus yang membuat ikan mati semua,” ucapnya kepada kumparan, Sabtu (19/1/2019).

Setelah kejadian itu, masyarakat setempat mengganti ikan yang dibudi daya yakni menjadi Ikan Nila hingga kini. Menurutnya, saat ini jumlah keramba jaring ikan masyarakat Haranggaol Horison mencapai 5.600 unit.

Ebet menyampaikan, masing-masing unit keramba rata-rata memproduksi 1,5 ton per 6 bulan senilai Rp6 juta. Dia pun mengungkapkan jika dikalikan 5.600 keramba, pendapatan kotor masyarakat per bulan sebesar Rp5,6 miliar.

“Rata-rata masyarakat di sini ada yang punya 4 keramba, ada juga yang punya 22 keramba. Tapi itu (Rp5,6 miliar) pendapatan kotor semua,” kata Ebet.

Menurutnya, untuk membuat keramba jaring apung di sekitar Danau Toba, masyarakat Haranggaol Horison hanya perlu menggelontorkan Rp 6 juta per unit keramba dengan ukuran 5,2 meter x 5,2 meter berkedalaman 4 meter.

“Sekarang sih total keramba yang ada di sini itu sekitar 8.000 unit, tapi yang aktif hanya 5.600 keramba itu saja,” tegasnya.

Sumber : kumparan


Tags

0 Komentar

* Nama
* Email
  Website
* Komentar Note: HTML tidak diterjemahkan!
Masukkan kata ke dalam box:
Portal UKM Kota Medan © 2024. Alcompany Indonesia.
All Rights Reserved