UKMKOTAMEDAN.COM, BALI- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sekolah vokasi dinilai menjadi wadah formal bagi tumbuhnya pelaku ekonomi kreatif. Karenanya,  perlu ada perubahan kurikulum yang bermanfaat dan mendukung peningkatan kemampuan siswa.

Hal ini diungkapkan Manager Program Pendidikan Djarum Foundation, Felicia Hanitio di World Conference on Creative Economy (WCCE), di Plenary Hall Bali Nusa Dua, Bali, dilansir dari laman bekraf, Kamis (8/11/2018).

Menurut Felicia, Indonesia menempati posisi ke 115 dunia dari segi bakat dan teknologi. Tidak banyak anak-anak yang bermimpi menjadi seniman atau bekerja di bidang ekonomi kreatif. Hal ini karena adanya anggapan jika menjadi seniman, tidak bisa memberi penghidupan yang layak. Begitu pula ketika bersekolah di SMK jurusan Tata Busana, saat lulus hanya akan menjadi penjahit di perusahaan garmen.

“Sekolah bisa menjadi katalis untuk mengembangkan kreatifitas sehingga mampu mengurangi angka penganggura. Sekolah vokasi dan SMK bisa memberi bekal keterampilan,” ucapnya pada acara yang dihadiri sekira 1.500  peserta.

Felicia bercerita saat berkunjung ke salah satu SMK di Kudus, ia menemukan permasalahan di pendidikan vokasi yang harus dicarikan solusinya. Diantaranya lingkungan dan kurikulum yang kurang mendukung, hingga tenaga pendidik yang kurang kompeten.

Oleh karena itu, lanjut dia,  Djarum Foundation bekerja sama dengan salah satu SMK  melakukan transformasi kurikulum dan peningkatan fasilitas belajar mengajar. Pemecahan masalah ini juga harus melibatkan pelaku kreatif.

“Dibutuhkan softskill mengenai komunikasi, pemikiran yang kritis, dan kemampuan berkolaborasi untuk mengembangkan ekonomi kreatif,” ujar Felicia.

Event ini mengusung tema Inclusively Creative dengan mengangkat lima isu utama, yakni kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem, dan pembiayaan industri kreatif.  WCCE akan merumuskan Deklarasi Bali yang nantinya diusulkan ke Sidang Umum PBB di tahun depan. Hal ini diharapkan semakin menguatkan ekosistem dan mendukung perkembangan ekonomi kreatif dunia yang telah memasuki era 4.0. (*)